The 1st Komin Reader

Syahdan hiduplah seorang perempuan berprofesi sebagai dokter muda bernama Nuril Annissa. Di suatu siang yang kebetulan merupakan tanggal merah, ia pun memutuskan untuk menyetrika segunung pakaian yang sudah dibiarkannya selama 3 minggu sebab proses kepaniteraan yang begitu padat jadwalnya (baca : koass) di rumah sakit. Lokasi yang ia pilih untuk melaksanakan misi menyetrikanya itu pun jatuh di area kosong di depan rak kayu terbuka di luar kamarnya. Bertemankan angin sepoi dari pintu kamar terbuka yang menghadap langsung ke balkon, ia menyeterika satu demi satu lembar pakaian. Awalnya ridha-ridha saja ia melakukannya, namun di satu titik, akhirnya ia mulai digoda rasa bosan dan mulai memutar pandangan ke sekitar, berharap ada hal-hal yang bisa mengusir kebosanannya.

Lalu matanya pun terpaku pada salah satu ruang dalam rak. Di situ ada banyak koleksi bukunya; baik yang dibelinya sendiri, maupun hadiah dari banyak orang lain (beberapa bahkan masih dalam sampul plastik yang belum terbuka). Mereka seolah tiba-tiba berteriak pada sang dokter muda,

"Kau menelantarkan kami! Kapan kau akan baca kami? Jangan pura-pura tidak lihat ke mari, ya! Kapan terakhir kali buku yang kaubaca bukan buku kedokteran? Bukan guideline penyakit dan obat-obatan? Kapan? Kapaaaan?"

Lalu sang dokter muda pun menangis tersedu. Tapi bohong. Ia cuma meratap dan memukul-mukul dinding sambil berteriak. Ini juga bohong. Yang jelas ia matikan sejenak saklar setrikaan lalu meraih sapu. Baiklah, ini melantur saja. Benarnya ia raih handphone-nya. Lalu ia mulai menelepon presiden. Ini bohong lagi. Sebab sebenarnya ia membuka Twitter lalu mulai berkicau tentang sebuah ide yang konon dibisikkan oleh buku-buku di raknya yang kesepian. Pikirnya,

"Jangan-jangan, bukan cuma buku-buku di rakku saja yang sedih begitu. Tapi buku-buku di banyak rak dunia! Betapa aku salah jika mengira aku akan bertambah bijaksana dari (cuma) belajar ilmu yang kugeluti sehari-hari saja! Tidak, in harus diakhiri! Harus diakhiri. Haruuuuuuuuus!!!!!"

Maka ia mulai menebar benih-benih kerusuhan di Twitter dengan tagar #OneMonthOneBook. Lalu tetiba saja terkumpul sudah 9 orang Reader yang ingin bergabung dengannya untuk membentuk pasukan Power Rangers. Oke, ini jelas tidak mungkin. Betulnya adalah ia mulai membuat klub perdana #OneMonthOneBook, dengan dirinya sendiri sebagai Komin Reader perdana pula.

Mari kita saksikan, apakah setrikaan-setrikaannya akan habis dimakan rayap? Atau rak bukunya akan berubah menjadi monster dan menelannya hidup-hidup? Ataukah mungkin ia akan berubah wujud menjadi Doraemon?
.....
....
...
..
.
Ah, masih baca tulisan ini juga? Gabung saja bersama kami di #OneMonthOneBook sudah! 


Lamkeuneung (Aceh), 14 - 1 - 14
The First Komin Reader

No comments:

Post a Comment